Healing Journey in 2023
2023 tahun yang luar biasa!
Ditakdirkan bertemu dengan psikolog yang sekarang (barakallahu fiha) merupakan sebuah nikmat yang paling aku syukuri tahun ini.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Terlebih setelah drama pencarian yang melelahkan 7 tahun terakhir. Berkali-kali ganti, mengulang proses bercerita dari awal lagi, berhadapan dengan luka lama saat belum punya senjata, lalu nggak puas dengan perkembangannya yang ... begitulah, jangan ditanya.
"Lebaaaaaaay padahal gitu doang." *suara jangkrik bersahutan*
"Konseling buat gaya-gayaan, mental health fafifu wasweswos." *daun beterbangan terbawa angin*
"Masih mending ... lah aku ...", someone is kebelet menang kontes adu derita.
Sejujurnya aku pun yang mengalaminya inginnya menyerah aja. Nggak usahlah cari psikolog baru, nggak usah lanjut malah kalau perlu. Buang-buang waktu, uang, energi, dan pikiran aja yang ada. Seringnya malah berujung lelah dan kecewa. Belum lagi mengingat dengan mengobati luka, kita berkemungkinan besar merasakan sakit yang lebih hebat. Terkadang (atau seringnya ya?) the healing hurts more than the wounds kan. The healing itself is tiring, and we have to face our wounds that we used to avoid or trying to forget in daily basis.
Oh ya! Tentang healing. Pergeseran makna kata "healing" belakangan ini juga membuatku sedikit resah. Berbeda dengan dulu yang menggunakan kata refreshing dan sejenisnya untuk memaknai kegiatan liburan, jalan-jalan, atau kabur sejenak dari rutinitas penat dan beratnya kehidupan. Sekarang semua itu diartikan sebagai healing. Padahal, jika kita melihat terjemahan harfiahnya, makna healing berarti menyembuhkan atau bisa juga kita katakan proses penyembuhan.
Jauh dari kata menggembirakan, healing rasanya kayak ngorek-ngorek luka yang masih merah, lalu dituang cairan pembersih luka. Sedaaap! Memaaang ada saat menyenangkan dan melegakan di beberapa bagian. Namun, secara keseluruhan, healing menurutku bukanlah suatu proses yang akan manusia lakukan dengan penuh sukacita.
﹔﹔﹔
Meskipun begitu... Nyatanya kita nggak menyerah! Namanya juga ikhtiar ya. 😅
Warbyasaaaahh. Ternyata keinginan menjalani hidup dengan tenang lebih kuat dibandingkan dengan suara-suara hantu.
Gudjob, Nis.
Terima kasih untuk tak pernah lelah berjuang.
Walau biaya persesinya mihil (salah sendiri nggak mau pake BPJS), tahun ini akhirnya sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat perkembangannya. Berjodoh dengan psikolog yang tepat pengaruhnya sebesar itu! Akhirnya bisa bernapas lebih lega dan punya cukup energi untuk fokus melangkah.
Di beberapa kesempatan, bahkan untuk pertama kalinya kita mampu berlari! Ketjeh betul kita. Walaupun tetep sih, abis itu prosesnya cenderung melangkah terseok-seok kayak biasa lagi. Tapi tapi tapiiii, pencapaian kita keren bangeeeet sampai-sampai psikolog mengapresiasi berulang kali. Emang boleh seketjeh ituuu??
![]() |
| I'm a lighthouse |
I find myself thinking about life through the lens of a lighthouse—my own personal beacon standing tall in the ebb and flow of my journey.
The waves of experiences crashing around, but there I am, a steadfast lighthouse, casting my light on the path I navigate.
Life isn't always a smooth sail. There are storms, moments that challenge and test. Yet, as I see myself as a resilient lighthouse, I find strength in weathering these storms, emerging on the other side with a bit more wisdom and resilience.
The lighthouse doesn't flicker randomly, and neither do I want to. In my personal journey, I aim to be steady, true to my values and beliefs, creating a reliable source of light in the sometimes turbulent sea of life.
Here's to living life as my own lighthouse—purposeful, resilient, and steady.
I knew this healing journey wouldn't be easy.
Ini juga mungkin akan jadi perjalanan yang teramat panjaaaangg.
As usual, let's enjoy our slow journey.
Mari menikmati hidup ini walau kadang perih.
Seperti hari-hari yang telah lalu.
Tenang aja, kamu selalu punya aku. ♡

Komentar
Posting Komentar