Eureka!

⚠ Disclaimer: Ini adalah reproduksi tulisan tahun 2016 dari blog lamaku


Aku lagi senang.

Kenapa?

Kenapa ya? Aku sendiri bingung. Haha.

Jadi intinya sih cerpenku yang judulnya Hilang akhirnya ditemukan setelah sekian lama (sesuai dengan judulnya) menghilang ditelan bumi. Cerpen yang mana tuh?

Dulu, jamannya SMP aku memang lagi produktif-produktifnya nulis, terutama cerita roman alay gitu yang kalau dibaca sekarang pasti asdfghjkl banget. Kalimat sejenis “Diiih, masa sih aku pernah tulis ini? Buatan orang lain kali itu mah!” nggak akan aneh kalau keluar tanpa filter.

Semenjak SMP kelas tiga, selera menulisku menguap entah ke mana. Mungkin karena saking banyaknya tugas (biasa aja padahal, salah sendiri emang suka mepet deadline), keburu pusing mikirin segala ujian tektek–bengek di depan mata yang bikin eneg, jadi nggak ada mood dan inspirasi buat nulis.

Begitu masuk kelas satu SMA, langsung ditodong tugas membuat cerpen oleh guru Bahasa Indonesia. Waktu itu semangat nulisku udah sampai di level karatan karena saking jarangnya dicat ulang.

Dan jadilah, dengan tetap mepet deadline, cerpenku tercinta. Nggak deng. Nggak sampai tercinta juga, tapi buatku dia unik.

Unik karena yang biasanya aku buat cerpen abg alay, ini temanya menyimpang jauuuuhh banget.

Unik karena yang biasanya aku mengandeng perempuan sebagai tokoh utama di ceritaku dengan sudut pandang orang pertama, ini tokoh utamanya laki-laki dengan sudut pandang orang ketiga. Yang mana pada saat itu, satu-satunya cerpenku yang tokoh utamanya laki-laki. Bahkan sampai sekarang aku hanya buat dua cerita bertokoh utama yang bukan perempuan, satunya si Hilang ini, satu lagi cerita berjudul X Target (bertema Thriller) yang belum sempat terselesaikan karena aku terlalu takut meneruskan ceritanya.

Si Hilang ini aku corat-coret di buku, kuketik di laptop entah siapa, kemudian aku edit di warnet. Waktu itu (atau sekarang juga masih ya?) komputer warnet adalah gudangnya virus. Jadi begitu selesai cerpennya kuprint, data flashdiskku hilang tak berbekas. Sama sekali.

Lenyap.

Bodohnya aku tidak membuat salinan cerpen ini, satu-satunya bentuk nyata si Hilang kuberikan ke guru Bahasa Indonesiaku karena sekali lagi, aku kebiasaan mepet deadline. Nggak sempat fotokopi karena dulu tempat fotokopi masih jarang dan jauh.

Jadi sekian tahun aku mencoba merelakan si Hilang itu hilang, tapi otak menolak lupa. Gimana dong ya?

Beberapa kali kudapati flashdiskku datanya balik lagi (emang udah error juga sih dia, kapasitas cuma 1GB, sering colok-lepas komputer warnet, mereknya kurang terpercaya pula), tapi kucari si Hilang nggak ada.

Beberapa saat lalu, waktu aku lagi memilah tumpukkan buku sekolah yang udah nggak terpakai, aku menemukan si Hilang. Sayangnya dalam wujud draft kasar, belum diedit sama sekali. Versi draft ini endingnya beda (aku ubah mendadak ketika editing di warnet). 

Dan malam ini, ketika aku sapa kembali ujung USB (satu-satunya) flashdiskku yang kapasitasnya satu giga itu ke port USB laptop, ketika aku lagi asyik-asyiknya menyelam ke puluhan dokumen tugas sekolah dan ekskul, ketika karena penasaran aku buka filenya satu persatu, eh dia mencuat gitu aja ke permukaan tanpa ada rasa bersalah (iyalah, dia kan benda mati). 

Nyebelin ya.

Tapi aku bersyukur.

Karena si Hilang udah ketemu, biar nggak hilang lagi mungkin entah kapan aku share di sini kali ya. Sekalian kalian cerna fosil tulisanku dari jaman dinosaurus beranak. 

Aku pribadi suka ceritanya. Sekarang belum tentu aku bisa buat yang seperti itu. Nulis aja jarang. Haha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Healing Journey in 2023

Tulisan Sebelum Tidur

[Ramble] Skripsi dan Siniar